Mengirim pesan melalui SMS ataupun fasilitas chat memang menjadi pilihan bagi setiap pengguna alat komunikasi, baik ponsel maupun komputer. Disamping biaya yang murah dan cepat sampai, melalui fitur SMS atau chat seseorang tak perlu susah-susah memikirkan tata bahasa yang mereka gunakan. Kebiasaan menggunakan bahasa yang dipersingkat tersebut ternyata membawa efek yang tidak baik bagi pengguna ponsel khususnya anak-anak.
Dalam sebuah studi yang dilakukan di Pennsylvania, mengirim SMS dapat menurunkan kemampuan bahasa anak. Seperti dikutip UPI.com, anak yang berusia 8-12 tahun dan sering menggunakan bahasa adaptasi ketika berkirim pesan melalui SMS mempunyai kemampuan bahasa yang buruk.
Anak terbiasa menggunakan homofon, seperti ‘dgn’ untuk kata 'dengan' atau lainnya,” ungkap Drew Cingel dari Penn State
Anak-anak sering melakukan penyingkatan terhadap semua kata sehingga menjadi lebih pendek, padahal secara harfiah kata yang mereka tulis menjadi tak berarti, gejala seperti ini disebut omisi. Contohnya, anak sering menyingkat kata belum menjadi blum, susah menjadi ssh, pernah menjadi prnh,kslsu, mrnjadi klo.
Penggunaan pemendekan kata seperti itu membuat anak terbiasa dan mengalami kesulitan ketika mengubah bahasa teknis menjadi bahasa formal. Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa kemampuan berbahasa anak menjadi turun dan tidak sesuai EYD akibat adaptasi pengiriman SMS.